Metode Geolistrik untuk mencari sumber air
Metode geolistrik untuk mencari sumber air untuk menentukan titik pengeboran sumur. Karena setiap daerah posisi sumber air (akuifer air tanah) tidak sama dan kedalaman akuifer juga berbeda – beda. Maka metode geolistrik sangat tepat untuk mencari sumber air (akuifer air tanah) suatu wilayah.
Penentuan titik air tanah dapat dilakukan di permukaan atau di bawah permukaan dengan menggunakan metode geolistrik. Sedangkan untuk interpretasi gambaran air tanah dengan menggunakan metode interpretasi data geolistrik dc (Torok 2001).
Pengujian metode geolistrik untuk mencari cekungan / sumber air (akuifer) dalam tanah, dengan menentukan tahanan jenis, yang dapat mensinkronkan dengan kontur tanah / jenis batuan yang merupakan sumber air (menggunakan teknik resististivity), sehingga dapat menentukan keberadaan air. Proses mencari sumber air ini metodenya bermacam – macam, namun yang paling sering orang menggunakan metode geolistrk. Metode geolistrik mempunyai akurasi 80% lebih. Ketepatan pengujian menggunakan metode geolistrik ini tergantung elevasi tanah, tentunya juga harus rutin kalibrasi alat juga. Metode geolistrik ini juga menjadi salah satu mata kuliah perguruan tinggi pada fakultas dan jurusan tertentu. Sedangkan metode mencari sumber air lainnya belum masuk pembelajaran atau menjadi mata kuliah pada pembelajaran di universitas.
Proses terbentuknya air tanah
Pada umumnya proses air tanah terbentuk karena meresapnya air dari permukaan ke dalam lapisan batuan. Air permukaan yang mengalami proses peresapan akan bergerak bebas mengikuti dan mengisi pori – pori dan rongga batuan tersebut.
Kapasitas air tanah yang terkandung pada suatu perlapisan batuan tergantung kepada kepadatan, umur batuan, susunan butiran, dan ukuran butiran batuan.
Pemaparan pemerataan dan penyebaran air tanah dapat gambarannya secara vertikal dan horisontal sesuai dengan penyebaran formasi batuan yang sanggup menyimpan dan pembawa air (permeable) atau yang (akuifer). Akuifer sangat dipengaruhi oleh tingkat porositas dan permeabilitas batuan itu sendiri. Lapisan batuan yang tidak mampu mengalirkan air yaitu lapisan kedap (impermeable). Sedangkan lapisan batuan yang tidak mampu menyimpan dan meloloskan air tanah yaitu akuifug.
Kebutuhan air merupakan kebutuhan pokok semua kehidupan, baik untuk kebutuhan sehari – hari, pertanian, perindustrian dan lain – lain. Karena pertumbuhan penduduk meningkat, kebutuhan air juga ikut meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan air tersebut dengan cara melakukan pengeboran dalam. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, perencanaan pengeboran perlu kajian studi geofisika, yaitu pendugaan geolistrik. Pendugaan untuk mempelajari sifat fisika batuan terhadap arus listrik.
Sifat Batuan Dalam Menghantarkan Listrik
Karena pada dasarnya semua batuan berbeda sifatnya dalam menghantarkan arus listrik, tergantung beberapa faktor antara lain :
- kerapatan batuan
- porositas dan permeabilitas
- bentuk dan ukuran pori
- umur batuan
- kandungan elektrolit
Metode pendugaan geolistrik
Metode pendugaan geolistrik pada dasarnya memanfaakan sifat kelistrikan pada suatu formasi batuan terhadap arus listrik dengan menginjeksi searah ke dalam bumi melalui dua elaktroda arus pada dua titik permukaan bumi kemudian mengukur beda potensial yang terjadi pada dua titik lain di permukaan bumi. Kedua elektroda potensial berada berdasarkan susunan konfigurasi elektroda tertentu. Untuk kajian yang tepat studi ini adalah konfigurasi Schlumberger. Konfigurasi elektroda Schlumberger menempatkan susunan elektroda dimana dua elektroda (MN) ditempatkan diantara dua elektroda arus (AB). Pada saat pengukuran, elektroda arus (AB) dan elektroda potensial (MN) akan dipindah sesuai dengan jarak yang telah ditentukan, yaitu jarak elektroda (MN/2)< 1/5 jarak elektroda arus (AB/2).
Pada dasarnya metode pendugaan geolistrik ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai penyebaran lapisan batuan yang sanggup menyimpan dan membawa air (akuifer). Selain itu metode pendugaan geolistrik akan memberikan gambaran susunan lapisan batuan di bawah permukaan tanah seperti ketebalan, kedalaman, jenis batuan, dan penyebaran batuan sehingga nantinya akan membantu perencanaan pengeboran.
Tahap Interpretasi dan Analisa Potensi Air dari hasil survey geolistrik
Dalam melakukan interpretasi dan menganalisa potensi air tanah daerah penyelidikan dengan cara beberapa tahap, yaitu:
Tahap pertama : Mengevaluasi peta geologi, peta hidrogeologi, peta rupa bumi serta mengidentifikasi kondisi airtanah baik dari sumber mata air maupun dari sumur penduduk.
Tahap kedua : Dengan melakukan pendugaan geolistrik metode Resistivity untuk mengetahui susunan satuan batuan yang mampu menyimpan dan sebagai lapisan pembawa air (akuifer).
Pendugaan geolistrik merupakan survei untuk mengetahui penyebaran batuan di bawah permukaan tanah secara tegak maupun mendatar yang dapat bertindak sebagai akuifer (lapisan pembawa air) dan menentukan titik sumur bor di lokasi penyelidikan.
Adapun peralatan yang dalam metode penyelidikan uji geolistrik adalah :
- Resistivitimeter NANIURA NRD 300 HF
- Elektroda arus yang terbuat dari stainless
- Ektroda potensial terbuat dari tembaga
- Palu atau martil
- Kabel arus dan kabel potensial
- Kamera digital/hand phone
- Alat komunikasi / Handy Talky
- Kompas dan GPS (koordinat dan elevasi) dan alat penunjang lainnya.
Penyelidikan pendugaan geolistrik atas dasar sifat fisika batuan terhadap arus listrik, yang mana setiap jenis batuan yang berbeda akan mempunyai harga tahanan jenis yang berbeda pula.
Hal ini tergantung pada beberapa faktor :
- umur batuan
- kandungan elektrolit
- kepadatan batuan
- kandungan jumlah mineral
- porositas
- permeabilitas dan lain sebagainya.
Berdasarkan hal tersebut apabila arus listrik searah (Direct Current) mengalir ke dalam tanah melalui 2 (dua) elektroda arus A dan B, maka akan timbul beda potensial antara kedua elektroda arus tersebut. Beda potensial ini kemudian terbaca oleh pesawat penerima (receiver) dalam satuan miliVolt.
Dalam penyelidikan metode geolistrik ini menggunakan susunan elektroda dengan menggunakan susunan aturan Schlumberger yang mana kedua elektroda potensial MN selalu berada antara 2 buah elektroda arus.
Pada setiap pengukuran, elektroda arus AB selalu berpindah sesuai dengan jarak yang telah ditentukan, dan elektroda potensial MN hanya bisa dipindahkan pada jarak-jarak tertentu dengan syarat bahwa jarak MN/2 ³ 1/5 jarak AB/2. Karena jarak elektroda selalu berubah pada setiap pengukuran, maka Hukum Ohm sebagai dasar setiap penyelidikan geolistrik dalam memperoleh harga tahanan jenis semu harus dikalikan dengan faktor jaraknya (K-Factor). Sehingga rumus untuk memperoleh harga tahanan jenis semu sebagai berikut :
ra = p.{(AB/2)2 – (MN/2)2}/MN. DV/I
dapat juga sebagai :
ra = K ΔV/I
ket :
- r a = Tahanan jenis semu
- K = Konstanta faktor geometrik,
- (K = p.{ (AB/2)2 – (MN/2)2 }/MN)
- DV = Beda potensial pengukuran (volt)
- I = Besar arus (Ampere)
- AB = Jarak elektroda arus AB (meter)
- MN = Jarak elektroda potensial MN (meter)
(Sumber : Keller dan Frischknecht 1966, Daniels dan Alberty 1966, Telford et al,. 1990 dalam loke 2004)
Setelah peralatan siap, langkah awal untuk pengukuran adalah menggunakan peta geologi dan peta topografi, hal ini bertujuan untuk menentukan lintasan pengukuran dan base station yang telah diketahui harga percepatan gravitasinya.
Ada beberapa parameter lain yang dalam penentuan base station, lintasan pengukuran dan titik ikat :
- letak titik pengukuran harus jelas dan mudah dikenal
- lokasi titik pengukuran harus dapat terbaca dalam peta
- lokasi titik pengukuran harus mudah terjangkau serta bebas dari gangguan kendaraan bermotor/ mesin
- lokasi titik pengukuran harus terbuka dan GPS mampu menerima sinyal dari satelit dengan baik tanpa ada penghalang.
Kontraktor Sumur Bor Artesis untuk Industri, Hotel, Perumahan. Menerima jasa pengujian geolistrik maupun well logging seluruh lokasi di Indonesia.
Dengan Dukungan Ahli Berpengalaman Hubungi : 085103211114 Mengatasi Masalah Air, Sumur Tercemar, Bau, Keruh, Kuning, dll GARANSI !